Guru
Nama : Asiah S.Pd Nama Panggilan : Ibu Asiah Alamat : Villa Pamulang Blok DK 2/16 Pondok Petir Bojongsari Depok
Nama : Asiah S.Pd Nama Panggilan : Ibu Asiah Alamat : Villa Pamulang Blok DK 2/16 Pondok Petir Bojongsari Depok
Nama : Wahyuni Nama Panggilan : Ibu Yuni Alamat : Jl. Ciseeng Gunung Kapur RT 15/4 Bojong Indah Parung Bogor
Nama : Hj. Sri Murgianti, S.Pd Nama Panggilan : Ibu Sri Alamat :Jl. KH. Dewantara Gg. Suka Damai RT 003/04 No. 132 Ciputat
Nama : Ely Fasliah, SPd. Nama Panggilan : Ibu Lia Alamat : Jl. Al Mubarok Raya No. 4 RT 004/010 Cipulir Kebayoran Lama
Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Latar belakang Bagian dari seri artikel mengenai Sejarah Indonesia Lihat pula: Garis waktu sejarah Indonesia Sejarah Nusantara Prasejarah Kerajaan Hindu-Buddha Salakanagara (130-362) Kutai (abad ke-4) Tarumanagara (358–669) Kendan (536–612) Galuh (612-1528) Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7) Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13) Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) Kanjuruhan (abad ke-8) Kerajaan Medang (752–1006) Kerajaan Kahuripan (1006–1045) Kerajaan Sunda (932–1579) Kediri (1045–1221) Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14) Singhasari (1222–1292) Majapahit (1293–1500) Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15) Kerajaan Islam Penyebaran Islam (1200-1600) Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521) Kesultanan Ternate (1257–sekarang) Kerajaan Pagaruyung (1500-1825) Kesultanan Malaka (1400–1511) Kerajaan Inderapura (1500-1792) Kesultanan Demak (1475–1548) Kesultanan Kalinyamat (1527–1599) Kesultanan Aceh (1496–1903) Kesultanan Banjar (1520–1860) Kesultanan Banten (1527–1813) Kesultanan Cirebon (1430 – 1666) Kerajaan Tayan (Abad Ke-15-sekarang) Kesultanan Mataram (1588—1681) Kesultanan Palembang (1659-1823) Kesultanan Siak (1723-1945) Kesultanan Pelalawan (1725-1946) Kerajaan Kristen Kerajaan Larantuka (1600-1904) Kolonialisme bangsa Eropa Portugis (1512–1850) VOC (1602-1800) Belanda (1800–1942) Kemunculan Indonesia Kebangkitan Nasional (1899-1942) Pendudukan Jepang (1942–1945) Revolusi nasional (1945–1950) Indonesia Merdeka Orde Lama (1950–1959) Demokrasi Terpimpin (1959–1965) Masa Transisi (1965–1966) Orde Baru (1966–1998) Era Reformasi (1998–sekarang) Portal Indonesia lihat bicara sunting Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi Cosakai”, berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945. Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang (sic). Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo. Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila. Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Read More »
Saling menghargai adalah sikap toleransi sesama umat manusia, menerima perbedaan antara setiap manusia sebagai hal yg wajar, dan tidak melanggar hak asasi manusia lain. Sikap ini adalah sikap damai, dimana seseorang menganggap keberadaan orang lain sebagai bagian dari lingkungan, sama seperti dirinya. tidak saling bermusuhan atau merugikan antar sesama manusia. tidak membeda-bedakan warna kulit (ras), tidak menganggap bahwa dirinya adalah manusia yg paling hebat dibandingkan manusia lain dan tidak menganggap manusia lain itu lebih rendah dari dirinya. Orang lain akan lebih menghargai orang yang menghargai mereka? Nah, sebelum kita menuntut orang lain menghargai kita, kita perlu terlebih dahulu menghargai mereka. Kuncinya hanya satu: buat orang lain merasa penting dan berharga. Langkah 1 : Kenali Orang-orang Sekitar. Tiap hari kita berinteraksi dengan orang lain. Orang-orang yang paling sering berhubungan dengan kita adalah mereka yang berada di sekitar kita: keluarga, tetangga, dan rekan sekerja. Nah, kenali orang-orang di sekitar kita. Perhatikan bahwa kita memiliki persamaan dan perbedaan dengan mereka. Dengan demikian akan lebih mudah bagi kita untuk bekerja sama dengan mereka dan menghargai mereka. Langkah 2 : Fokus pada Kelebihan. Seringkali kita lebih fokus pada kesalahan dan kekurangan orang lain. Hal ini menyebabkan kita sulit sekali menghargai mereka. Sebaliknya, karena kita selalu memperhatikan kekurangan orang lain, orang lain pun menjadi enggan berinteraksi dan bekerja sama dengan kita karena mereka merasa enggan jika selalu merasa “dipermalukan”. Yang perlu kita ubah adalah fokus kita: coba fokuskan perhatian kita terlebih dulu pada kelebihan orang lain, kita akan mendapatkan hasil yang luar biasa. Langkah 3 : Bangun Hubungan Saling Percaya. Ternyata hukum timbal balik memang berlaku dalam hidup ini. Jika kita tidak memercayai orang lain, mereka pun tidak akan memercayai kita. Sebaliknya, jika kita memercayai orang lain, orang lain akan memercayai kita. Sebuah kerja sama bisnis pada dasarnya harus dibangun atas dasar kepercayaan. B. KERJA SAMA Kerja sama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh dua orang lebih/ beberapa pihak untuk mencapai tujuan bersama. Manusia pada hakikatnya memiliki keterbatasan dan ketergantungan dengan sesama manusia lainnya. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bekerja sama. Oleh karena itu, manusia disebut juga sebagai makhluk sosial. Tujuan Kerja sama pun akan terjalin dengan adanya sikap saling menghargai. Adapun tujuan dari adanya kerja sama di sekitar kita antara lain: 1. Memunculkan sikap toleransi. Toleransi merupakan suatu istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.. Jadi dengan adanya kerjasama akan terciptanya sikap dan perbuatan yang tidak mendiskriminasikan antar kelompok. 2. Adanya sikap menghargai satu sama lain. Saling menghargai sesama umat manusia, menerima perbedaan antara setiap manusia sebagai hal yg wajar, dan tidak melanggar hak asasi manusia lain. Maka dengan itu dengan adanya saling menghargai akan menghasilkan atau menimbulkan kerjasama yang baik. 3. Untuk mencapai tujuan bersama Tujuan sangat penting dalam kehidupan. Oleh karene itu, setiap manusia yang mempunyai tujuan yang sama biasanya agar mereka mempermudah kegiatannya maka mereka saling kerjasama. Adapun beberapa manfaat yang bisa didapat dari menjalin kerja sama , antara lain:: 1. Kemampuan bersosialisasi Keterampilan sosialisasi lebih baik jika diasah dalam sebuah kelompok di lingkungan luar rumah. Usia kelompok yang rata-rata masih sebaya membuat anak tahu bagaimana caranya bergaul, mengemukakan pendapat, juga memahami perasaan orang lain. Kondisi ini sangat berbeda dengan di rumah, dimana anak cenderung tidak menemui hambatan saat berinteraksi dengan orang tua maupun saudara-saudaranya, yang mungkin juga selalu mengalah terhadapnya. 2. Kemudahan dalam mengerjakan sesuatu. Dengan adanya kerja sama maka setiap pekerjaan akan terasa lebih ringan dan lebih mudah serta lebih cepat, karena kerjasama itu terjalin dengan adanya beberapa orang atau kelompok yang melakukan pekerjaan secara bersama-sama. 3. Berempati dengan teman Kelompok terdiri atas beberapa anak yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada anak pintar, setengah pintar, hingga kurang pintar, juga dengan kelebihan dan kekurangan fisik masing-masing. Dalam kondisi seperti ini, anak mau tak mau mesti berempati dengan teman-teman lain yang memiliki kekurangan, saling menolong dan membantu antarteman. 4. Mengerem sikap ego Sikap ego anak masih tinggi. Biasanya, sikap ini akan timbul jika situasi lingkungannya ikut mendukung, misalnya anak selalu dimanja orang tuanya di rumah. Nah, saat di luar rumah, otomatis anak tidak bisa mengumbar sikap egonya lagi kalau ia tidak mau dijauhi. Di dalam kelompok, anak-anak belajar memahami orang lain beserta kepentingan dan kemauan di luar dirinya sendiri. Dengan bahasa lain, anak-anak belajar mengerem sifat egonya masing-masing. Ini sangat baik untuk bekal di masa dewasanya kelak. 5. Leadership Dalam sebuah kelompok yang bekerja sama untuk sebuah tujuan, jiwa kepemimpinan anak juga akan timbul. Seorang anak akan dituntut untuk mengatur dan mengajak anak-anak lainnya untuk bekerja sama. Hal ini jelas sangat berdampak positif bagi perkembangannya. Meski begitu, agar setiap anak terasah jiwa kepemimpinannya, alangkah baiknya jika masing-masing diberikan kesempatan untuk memimpin kelompok. Jika hari ini A memimpin, besoknya jangan A lagi tapi B.
Saling Menghargai dan saling kerja sama Read More »
Salah satu kecenderungan bahkan kebiasaan orang beriman adalah selalu ingin berbuat baik kepada orang lain, baik memiliki hubungan kekerabatan atau tidak, yang dikenal maupun tidak dikenal. Orang beriman selalu ingin berbuat baik, karena itu merupakan salah satu cara dalam bersyukur kepada Allah SWT atas kebaikan-kebaikan yang diberikan kepadanya (QS Al-Qasas/28 : 77). Kata menghargai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti bermacam-macam, di antaranya memberi, menentukan, menilai, membubuhi harga, menaksir harga, memandang penting (bermanfaat, berguna), menghormati. Karya orang lain adalah hasil perbuatan manusia berupa ‘suatu karya’ yang baik (positif) yaitu hasil dari ide, gagasan manusia seperti seni, karya budaya, cipta lagu, mesin, atau sesuatu produk yang bermanfaat atau berguna untuk orang lain. Menghargai hasil karya orang lain merupakan salah satu upaya membina keserasian dan kerukunan hidup antarmanusia agar terwujud suatu kehidupan masyaraakat yang saling menghormati dan menghargai sesuai dengan harkat dan derajat seseorang sebagai manusia. Menumbuhkan sikap menghargai hasil karya orang lain merupakan sikap yang terpuji karena hasil karya tersebut merupakan pencerminan pribadi penciptanya sebagai manusia yang ingin dihargai. Kecenderungan manusia secara alamiah adalah keinginan untuk mendapat tanggapan atau penghargaan atas apa yang dilakukannya. Kebutuhan untuk menuangkan ekspresi diri secara positif telah mendorong setiap orang untuk terus menghasilkan karya terbaik demi kebaikan dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, upaya dan hasil karya kreatif yang berguna bagi kemaslahatan orang banyak sudah selayaknya memperoleh penghargaan yang positif pula. Menghormati dan menghargai hasil karya orang lain harus dilakukan tanpa memandang derajat, status, warna kulit, atau pekerjaan orang tersebut karena hasil karay merupakan pencerminan dari pribadi seseorang. Berkarya artinya melakukan atau mengerjakan sesuatu sampai menghasilkan sesuatu yang menimbulkan kegunaan atau manfaat dan berarti bagi semua orang. Karya tersebut dapat berupa benda, jasa, atau hal yang lainnya. Islam sangat menganjurkan umatnya agar saling menghargai satu sama lain. Sikap menghargai terhadap orang lain tentu didasari oleh jiwa yang santun atau al hilmu yang dapat menumbuhkan sikap menghargai orang di luar dirinya. Kemampuan tersebut harus dilatih lebih dahulu untuk mendidik jiwa manusia sehingga mampu bersikap penyantun. Seperti contoh, ketika bersama-sama menghadapi persoalan tertentu, seseorang harus berusaha saling memberi dan menerima saran, pendapat, atau nasihat dari orang lain yang pada awalnya pasti akan terasa sulit. Sikap dan perilaku ini akan terwujud bila pribadi seseorang telah mampu menekan ego pribadinya melalui pembiasaan dan pengasahan rasa empati melalui pendidikan akhlak. Selanjutnya, ia akan selalu terdorong untuk berbuat yang baik kepada orang lain. Dari Abu Syaibah bahwa Nabi saw. bersabda “Setiap perbuatan yang baik adalah sedekah”(HR Muslim) Kita tidak dapat mengingkari bahwa keberhasilan seseorang tidak dicapai dengan mudah dan santai, tetapi dengan perjuangan yang gigih, ulet, kerajinan, dan ketekunan serta dengan resiko yang menyertainya. Oleh karena itu, kita patut memberikan penghargaan atas jerih payah tersebut. Isyarat mengenai keharusan seseorang bersungguh-sungguh dalam berkarya dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut : 1. Sikap Menghormati dan Menghargai Kehidupan Keluarga Dalam suatu keluarga biasanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya. Bahkan dalam keluarga di masyarakat kita, tidak jaranf ada juga anggota keluarga lain yang tinggal bersama. Misalnya saja anggota keluarga yang lain itu seperti kakek/nenek, adik/kakak dari pihak ibu/bapak, saudara sepupu, dan semacamnya. Di antara anggota keluarga itu harus ada sikap/perilaku saling menghormati serta saling menghargai. Perwujudan sikap/perilaku saling menghormati dan menghargai itu antara lain melalui sikap, ucapan, dan perbuatan yang menyenangkan dan bermanfaat. Dalam interaksi antara suami dan istri misalnya suami dianggap menghormati dan menghargai istri apabila ia memenuhi hak-hak istrinya dan menjalankan kewajibannya sebagai istri dengan sebaik-baiknya pula. Dalam interaksi antara anak dan orangtuanya misalnua setiap anak harus menyadari bahwa kedua orangtuanya, merupakan irang-orang yang paling berjasa. Oleh karena itu, si anak wajib menghormati dan menghargai kedua orang tuanya dengan cara berbakti kepada mereka. Seorang anak dianggap berbakti kepada kedua orang tuanya, apabila sikap, tutur kata, dan perbuatannya menyenangkan serta mendatangkan manfaat bagi mereka. Berbahagialah anak yang senantiasa menghormati dan menghargai kedua orang tuanya dengan cara berbakti kepada mereka, karena ia akan memperoleh ridha Allah Swt dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Terkait dengan iteraksi antara anak dan orangtuanya Rasulullah bersabda: Artinya : “Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan kedua orang tuanya. “ (H.R. Turmidzi) Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda : Artinya : “Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tua, maka berbahagialah ia dan Allah akan menambahkan kebahagiaan dalam hidupnya.” (H.R. Abu Ya’la dan Tabrani) Bila dalam suatu keluarga sikap saling hormat-menghormati dan harga menghargai ini diterapkan, tentu keluarga tersebut akan menjadi keluarga yang damai dan bahagia. 2. Sikap Menghormati dan Menghargai Kehidupan Bertetangga Tetangga ialah orang-orang yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tempat tinggal kita. Bersikap menghormati dan menghargai tetangga termasuk akhlak mulia serta meruakan tanda dari tanda-tanda orang beriman. Rasulullah bersabda : Artinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia menghormtai tetangganya” (H.R. Muslim) Allah SWT berfirman, yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-ana yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisa, 4 :36) Seseorang dianggap menghormati dan menghargai tetangganya, apabila sikap, ucapan, dan perbuatannya itu baik, diridhai Allah serta mendatangkan manfaat. Termasuk ke dalam perbuatan yang baik, apabila seseorang melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap tetangganya. Rasulullah SAB bersabda yang artinya : “Saya, (Mu’awiyan bin Jundup r.a, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kewajiban tetangga terhadap tetangganya?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Jika sakit Anda jenguk, jika mati Anda antarkan jenazahnya, jika meminjam uang Anda pinjami, jika kekurangan Anda tutupi, bila mendapat kebaikan Anda beri selamat, bila mendapat kesusahan Anda hibur, jangan meninggikan bangunanmu di atas bangunannya, sehingga menghalangi datangnya angin kepadanya dan jangan diganggu dengan bau masakanmu, kecuali Anda memberi hadiah kepadanya dari masakan itu.” (H.R. Tabrani) Juga Rasulullah bersabda : Artinya : “Wahai Abu Zar, jika Anda memasak hendaklah Anda perbanyak kuahnya dan berilah hadiah kepada tetanggamu.” (H.R. At-Tirmidzi dan Annasa’i) Jika berbuat baik kepada tetangga itu, merupakan suruhan Allah SWT, karena akan mendatangkan manfaat, maka berbuat jahat kepada tetangganya termasuk ke dalam larangan-Nya karena
Sikap Menghargai dan Menghormati Orang Lain Read More »
Dalam kehidupan manusia, tentu tak semuanya akan berjalan mulus tanpa hambatan, dan masalah. Banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya hal tersebut dalam kehidupan Anda. Salah satunya justru berasal dari gesekan antara sesama manusia, yaitu akibat dari kesalahan yang diperbuat oleh seseorang kepada diri Anda, baik teman, kerabat, keluarga, bahkan pasangan Anda sekalipun. Hal tersebut tentunya akan membuat diri Anda berada dalam tekanan dan tingkat emosi yang tinggi, dan keadaan tersebut juga akan memberikan pengaruh buruk bagi kehidupan Anda. Ketika keadaan tersebut sudah terjadi dalam kehidupan Anda, satu-satunya cara terbaik yang dapat Anda lakukan adalah dengan memaafkan kesalahan orang lain tersebut. Psikolog umumnya mendefinisikan memaafkan sebagai tindakan sadar, keputusan yang disengaja untuk menghilangkan perasaan dendam atau tidak melakukan tindakan balas dendam terhadap seseorang atau kelompok yang telah melukai Anda, terlepas dari apakah mereka benar-benar layak dimaafkan atau tidak. Para ahli yang mempelajari atau mengajarkan pentingnya memaafkan mengemukakan bahwa ketika kita memaafkan, kita tidak mengabaikan atau menyangkal keseriusan pelanggaran yang dilakukan orang lain. Pengampunan tidak berarti melupakan, juga tidak berarti permisif terhadap pelanggaran. Meskipun pengampunan dapat membantu memperbaiki hubungan yang rusak, itu tidak mewajibkan kita harus sejalan dengan orang yang menyakiti. Tindakan memaafkan membawa kedamaian pikiran dan membebaskan kita dari kemarahan korosif. Meskipun ada beberapa perdebatan tentang apakah pengampunan sejati membutuhkan perasaan positif terhadap pelaku, para ahli setuju bahwa orang yang mendapat maaf atau pengampunan dapat mengurangi perasaan negatif yang dialaminya. Dengan cara ini, seseorang yang memaafkan dapat mengendalikan rasa sakit yang ia alami dan memungkinkannya menyembuhkan diri dan melanjutkan hidup dengan lebih ringan. Manfaat apa saja yang dapat diperoleh dari memaafkan kesalahan orang lain? Berikut jawabannya dari Tung Desem Waringin, seperti dilansir dari laman Laruno. Memaafkan adalah Tindakan yang sangat penting dalam pernikahan Pasangan yang lebih pemaaf dan tidak pendendam lebih baik dalam menyelesaikan konflik secara efektif dalam pernikahan mereka. Sebuah studi jangka panjang yang dilakukan pada pengantin baru menemukan bahwa pasangan yang lebih pemaaf memiliki hubungan pernikahan yang lebih kuat dan memuaskan. Namun, ketika pasangan yang lebih pemaaf mengalami kekerasan dari suami atau istri, mereka pasti kurang bahagia dalam pernikahan, akan tetapi tindakan pemaaf ini biasanya menjadi penyelamat keutuhan pernikahan. Memaafkan dapat meningkatkan kesehatan Ketika kita memikirkan dendam, tekanan darah dan denyut jantung akan meningkat. Ini menandakan bahwa stres sedang melanda. Ketika kita mengampuni, tingkat stress akan turun. Penelitian juga menunjukkan bahwa menyimpan dendam mungkin membahayakan sistem kekebalan tubuh kita, membuat kita lebih tahan terhadap penyakit. Tindakan memafkan dapat meningkatkan kebaikan dan keterhubungan Orang yang pemaaf tidak hanya merasa lebih positif terhadap seseorang yang menyakiti mereka. Mereka juga lebih mengutamakan kedamaian dan menghargai hubungan, ketimbang mempermasalahkan hal sepele dan menuntut kesempurnaan dari orang lain. Memaafkan dapat membantu menyembuhkan luka batin Tindakan memafkan mampu mengurangi depresi, membuat orang lebih bersyukur, lebih puas dengan kehidupan, dan lebih mudah menjalin hubungan dengan orang lain. Tindakan memaafkan membuat kita lebih bahagia Penelitian menunjukkan bahwa orang yang bahagia lebih cenderung untuk memaafkan. Dan sejalan dengan ini, orang yang mampu memaafkan cenderung lebih bahagia, terutama ketika mereka memaafkan seseorang yang dekat dengan mereka. Tindakan memaafkan dapat mempertahankan hubungan Ketika orang lain melukai atau mengecewakan kita, rasa dendam dapat membuat kita menahan kebaikan, menghindar, dan enggan bekerja sama dengan mereka. Seringkali, hal ini memperparah keadaan dan merusak kepercayaan dan komitmen. Penelitian menunjukan bahwa memaafkan dapat menghentikan kekacauan dan memperbaiki hubungan. Ini adalah beberapa manfaat yang Anda dapat peroleh, jika Anda mampu memaafkan kesalahan orang lain. Jadi, mulailah terapkan hal tersebut dalam kehidupan Anda dan raih banyak manfaatnya segera.
Manfaat Memaafkan Kesalahan Orang Lain Bagi Kehidupan Read More »